Apa Langkah Hukum jika Menemukan Razia Lalu Lintas Ilegal?
Pemeriksaan kendaraan merupakan salah satu agenda petugas lalu lintas secara berkala maupun insidental, tujuannya untuk memantau ketertiban di jalan. Sehingga angka pelanggaran dapat dikurangi, bagaimana jika terjaring pemeriksaan ilegal?
Sebelum melakukan langkah hukum jika menemukan razia lalu lintas ilegal, Anda bisa mengetahui terlebih dulu mengenai razia seperti apa yang resmi. Saat ini operasi di jalan masih menjadi pro kontra di mata masyarakat, karena ternyata banyak oknum justru memanfaatkan momen menjadi sebuah keuntungan. Berikut syarat-syarat pemeriksaan kendaraan secara resmi.
Seringkali masyarakat tiba-tiba menemui razia kendaraan di jalan perumahan tanpa pemberitahuan berupa plang khusus atau tanda lain. Padahal setiap tempat pemeriksaan harusnya memasang tanda tersebut supaya diketahui masyarakat.
Tanda atau plang tersebut wajib diletakkan minimal 50 meter sebelum lokasi, atau jika dilaksanakan pada jalan dua lajur, maka diletakkan 50 meter sebelum dan sesudah tempat tersebut.
Apabila Anda terjaring pemeriksaan namun petugas tidak bisa menunjukkan surat perintah tugas, maka hal ini adalah ilegal. Aturan hukum razia kendaraan bermotor Pasal 13 PP42/1993, petugas wajib membawa surat tugas.
Surat tugas di dalamnya memuat beberapa poin penting, meliputi alasan dan jenis pemeriksaan, lokasi, waktu, penanggung jawab, daftar pejabat penyidik, serta daftar petugas yang bertugas pada saat itu.
Operasi semacam ini memang dilakukan pada siang atau malam hari, jadi jangan heran terlebih dahulu. Saat malam hari umumnya ditemukan berbagai macam pelanggaran dan pengendara nakal. Hal ini perlu Anda ketahui sebelum melakukan langkah hukum jika menemukan razia ilegal
Pemeriksaan kendaraan bermotor pada waktu malam hari sebenarnya tidak jah berbeda dengan siang hari. Namun saat malam tiba, petugas harus memasang plang dengan tambahan cahaya kuning.
Jika menemui prosedur razia kendaraan bermotor yang benar, perhatikan seragam petugas yang dikenakan pada saat itu. Pasal 16 PP 42/1993 menjelaskan bahwa petugas wajib menggunakan seragam dan atribut lengkap.
Dalam PP 42/1993 ayat 2 juga menegaskan bahwa pakaian berupa seragam, tanda khusus, hingga atribut lainnya ditetapkan oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia bersama Menteri sesuai ketentuan.
Apabila kebetulan terjaring pemeriksaan di jalan raya, cukup hadapi dengan santai, tanpa harus merasa khawatir atau panik. Hormati petugas di jalan, akui kesalahan jika memang melakukannya.
Ketika Anda ditunjukkan kesalahannya, apabila dimintai sejumlah ‘uang damai’ sebaiknya laporkan saja. Hal ini termasuk ke dalam pungutan liar, seharusnya petugas tidak melakukan hal semacam itu.
Bagaimana Hukum Menemukan Uang Di Jalan
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Bagaimana Hukum Menemukan Uang Di Jalan, selamat membaca.
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ustadz ana ingin bertanya bagaimana hukum mengambil uang dijalan ketika kita menemukan uang dijalan? Bolehkah diambil atau tidak.
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in
Jika uang tersebut nominal nya kecil dan tidak mungkin orang itu akan kembali untuk mencarinya maka ini boleh diambil karena masuk luqothoh yang boleh dimanfaatkan langsung ini sebagimana yang dikabarkan oleh Anas Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melewati sebiji kurma di jalan, lalu beliau bersabda:
لَوْ لاَ أَنِّي أَخَافُ أَنْ تَكُوْنَ مِنَ الصَّدَقَةِ َلأَكَلْتُهَا.
“Seandainya aku tidak takut kalau ia dari (harta) shadaqah, niscaya aku akan memakannya.” (Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari no. 2431, Shahiih Muslim no. 1071, Sunan Abi Dawud no. 1636). Tapi jika sesuatu hal berharga dan pasti orang akan mencarinya maka lakukan seperti yang diriwayatkan oleh Suwaid bin Ghaflah, ia berkata,
“Aku bertemu dengan Ubaiy bin Ka’ab, ia berkata, ‘Aku menemukan sebuah kantung yang berisi seratus dinar, lalu aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau bersabda, ‘Umumkan dalam setahun.’ Aku pun mengumumkannya selama satu tahun, dan aku tidak menemukan orang yang mengenalinya. Kemudian aku mendatangi beliau lagi, dan bersabda, ‘Umumkan selama satu tahun.’ Lalu aku mengumumkannya dan tidak menemukan (orang yang mengenalnya). Aku mendatangi beliau untuk yang ketiga kali, dan beliau bersabda:
احْفَظْ وِعَاءَهَا، وعَدَدَهَا، وَوِكَاءَهَا، فَإِنْ جَاءَ صَاحِبُهَا وَإِلاَّ فَاسْتَمْتِعْ بِهَا.
“Jagalah tempatnya, jumlahnya dan tali pengikatnya, kalau pemiliknya datang (maka berikanlah) kalau tidak, maka manfaatkanlah.” “Maka aku pun memanfaatkannya. Setelah itu aku (Suwaid) bertemu dengannya (Ubay) di Makkah, ia berkata, ‘Aku tidak tahu apakah tiga tahun atau satu tahun.” (Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari no. 2426, Shahiih Muslim no. 1723, Sunan at-Tirmidzi no. 1386, Sunan Ibni Majah no. 2506, Sunan Abi Dawud no 1685). Dari ‘Iyadh bin Himar Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ وَجَدَ لُقَطَةً فَلْيُشْهِدْ ذَا عَدْلٍ أَوْ ذَوَيْ عَدْلٍ ثُمَّ لاَ يُغَيِّرْهُ وَلاَ يَكْتُمْ، فَإِنْ جَاءَ رَبُّهَا فَهُوَ أَحَقُّ بِهَا وَإِلاَّ فَهُوَ مَالُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ.
“Barangsiapa yang mendapatkan barang temuan, maka hendaklah ia minta persaksian seorang yang adil atau orang-orang yang adil, kemudian ia tidak menggantinya dan tidak menyembunyikannya. Jika pemiliknya datang, maka ia (pemilik) lebih berhak atasnya. Kalau tidak, maka ia adalah harta Allah yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki.” (Sunan Ibnu Majah no. 2505, Sunan Abi Dawud no. 1693).
Wallahu Ta’ala A’lam.
Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Achmad Nur Hanafi, Lc. حافظه الله
TRIBUNSUMSEL.COM -- Mungkin di antara kita pernah menemukan uang atau benda berhaga lainnya, di jalan yang kita tidak tahu siapa pemiliknya.Apa hukum menemukan uang di jalan dan ingin memilikinya. Apakah itu termasuk rezeki yang tidak diduga-duga?
Dikutip dari laman nu.online KH Abdul Basith, Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah Kedaton Bandar Lampung menjelaskan sebagai berikut.
Menemukan uang dalam hukum Islam disebut dengan barang temuan (luqathah) yakni harta yang tersia-sia dari pemiliknya sebab jatuh, lupa dan sebagainya.
Ketika ada seseorang baik baligh atau belum, muslim atau bukan, fasiq ataupun tidak, menemukan barang temuan di jalan, maka bagi dia diperkenankan mengambil atau membiarkannya.
Akan tetapi mengambilnya lebih utama daripada membiarkannya, jika orang yang mengambilnya percaya bahwa dia bisa menjaganya. Seandainya ia membiarkannya tanpa mengambil/memegangnya sama sekali, maka ia tidak memiliki tanggungan apa-apa. Tidak wajib mengangkat saksi atas barang temuan baik karena untuk dimiliki ataupun hanya untuk dijaga.
Dikutip dari baznas.go.id, tentang harta temuan, mnurut hukum Islam, harta temuan tetap menjadi milik asli pemiliknya sampai pemiliknya ditemukan.
Ini berarti bahwa seseorang yang menemukan uang atau harta tidak memiliki hak untuk mengklaim kepemilikan atau menggunakan harta tersebut untuk kepentingan pribadi.
Dalam hukum Islam, untuk menghukumi barang temuan harus dilihat dari perinciannya atau sesuai dengan syariat. Dilihat dulu barang apa yang ditemukan, kira-kira sangat berharga atau biasa saja.
Ketika menemukan barang, salah satunya uang dan sangat berharga, maka harus mengumumkannya selama satu tahun di pintu-pintu masjid, tempat manusia keluar masuk untuk shalat berjamaah, atau di pasar dan tempat menemukan barang tersebut.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar, karangan Abu Abdillah Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili:
(و) أن (يحفظها) حتماً (في حرز مثلها ثم) بعد ما ذكر (إذا أراد) الملتقط (تملكها عرفها) بتشديد الراء من التعريف (سنة على أبواب المساجد) عند خروج الناس من الجماعة (وفي الموضع الذي وجدها فيه) وفي الأسواق ونحوها من مجامع الناس،
Artinya: Kemudian setelah apa yang telah dijelaskan tersebut, ketika penemu ingin memiliki barang tersebut, maka wajib baginya mengumumkan selama setahun di pintu-pintu masjid saat orang-orang keluar habis shalat berjama’ah.
Lafal arrafa dengan ditasydid huruf ra’-nya, diambil dari masdar ta’rif (mengumumkan) tidak dari masdar ma’rifah (mengetahui). Dan di tempat ia menemukan barang tersebut. Di pasar-pasar dan sesamanya yaitu tempat-tempat berkumpulnya manusia. Pengumuman disesuaikan dengan waktu dan tempat daerahnya masing-masing.
Kemudian, jika ia tidak menemukan pemiliknya setelah mengumumkannya selama setahun, maka baginya diperkenankan untuk memiliki barang temuan tersebut dengan syarat akan menggantinya--saat pemiliknya sudah ditemukan.
Si penemu tidak bisa langsung memiliki barang temuan tersebut hanya dengan lewatnya masa setahun, bahkan harus ada kata-kata yang menunjukkan pengambilan kepemilikan seperti, “Saya mengambil kepemilikan barang temuan ini".
Jika ia sudah mengambil kepemilikan barang temuan tersebut dan ternyata pemiliknya datang saat barang tersebut masih tetap seperti semula dan keduanya sepakat untuk mengembalikan barang itu atau sepakat mengembalikan gantinya, maka urusannya sudah jelas.
Jika keduanya berbeda pendapat, si pemilik menginginkan barang tersebut dan si penemu ingin pindah pada gantinya, maka yang dikabulkan adalah sang pemilik menurut pendapat al ashah. Jadi sangat jelas, bahwa barang temuan dalam hukum Islam, harus diperinci terlebih dahulu, apakah barang tersebut sangat berharga atau biasa saja (remeh). Setelah itu harus diumumkan sesuai dengan aturan syariat. Setelah melewati berbagai kriteria yang ketat dan memenuhi untuk dimiliki maka penemu baru bisa memilikinya.
Itulah penjelasan tentang hukum Menemukan Uang di Jalan Menurut Islam, Diambil atau Diinfakkan Bila Pemiliknya tidak Ditemukan. (lis/berbagai sumber)
Baca juga: Tulisan Arab dan Arti Hubbul Wathan Minal Iman, Cinta Tanah Air atau Nasionalisme Bagian dari Iman
Baca juga: Arti Ujibu Dawataddai Idza Daani Falyastajibu LiWalyuminu Bi Laallahum Yarsyudun Syarat Kabulnya Doa
Baca juga: Arti Tabassumuka Fi Wajhi Akhiika Laka Shodaqoh, Hadits Senyum di Hadapan Saudaramu adalah sedekah
Baca juga: Hukum Membully, Mengolok-olok Orang, Ustaz Habib Jafar: Sesungguhnya Kamu telah Menghina Penciptanya
(Rumah Amal Salman, Bandung) - Ketika sedang berada di jalan atau dalam perjalan terkadang ada sesuatu yang tidak sengaja ditemukan atau diduga-duga. Salah satunya seperti menemukan sesuatu yaitu barang atau uang.
Melihat uang yang tergeletak begitu saja di jalanan atau dimana pun, seringkali kita spontan merasa beruntung karena mendapat rezeki dan langsung mengambilnya begitu saja.
Namun tahukah kamu kalau dalam Islam, menemukan uang di jalan ternyata ada aturan dan adabnya lho!
Barang temuan atau yang dalam Islam disebut Luqathah ini merupakan suatu barang/harta yang hilang dari pemilik sebelumnya dan ditemukan oleh orang lain. Seperti yang didefinisikan oleh para ulama di antaranya Ibnul Ghorobili rahimahullahu ta’ala:
“Luqathah adalah harta yang hilang dari pemiliknya baik dengan cara terjatuh ataupun karena kelalaian dan selainnya” (fathul Qoribil Mujib fi Alfazhit Taqrib: 1/206).
Lalu bagaimana hukumnya dan apa yang harus dilakukan ketika menemukan uang dijalan?
1. Mengumumkan kehilangan dan menemukan pemiliknya
Dalam Islam kita diajarkan tentang bagaimana cara yang baik memperlakukan harta/barang temuan. Seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW:
“Dari Zaid bin Khalid al-Juhani bahwa Nabi SAW ditanya oleh seseorang tentang barang temuan, maka Nabi SAW bersabda: “Umumkanlah selama satu tahun, kemudian kenalilah tali pengikatnya atau kantongnya, kemudian kamu pergunakan, jika datang pemiliknya maka berikanlah kepadanya” (HR. Bukhari : 2256, Muslim : 3248).
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa barang temuan atau uang yang kita temukan harus diumumkan dan bisa untuk dicari keberadaannya. Apabila nantinya bertemu dengan pemiliknya maka harus dikembalikan.
Namun jika nantinya sudah berusaha mencari pemiliknya tapi tidak kunjung ketemu, walaupun sudah ditunggu lama dan tidak ada kabar. Barang tersebut bisa dinyatakan tidak ada pemiliknya.
2. Membiarkan barang tetap di tempatnya Ketika kita tidak mampu mengembalikan ke pemiliknya maka baiknya dibiarkan atau diletakan ditempatnya semula. Sebab sebuah barang temuan hukumnya memang harus dikembalikan pada pemiliknya.
Dengan adanya adab dan aturan ketika menemukan sesuatu di jalan khususnya uang, menjadi pedoman kita agar tidak selalu spontan untuk langsung mengambil dan menjadikan hak milik kita sepenuhnya selama belum ditemukan pemilik aslinya.
3. Diambil dan disedekahkan kepada lembaga terpercaya
Meski tidak ada yang memiliki kita lantas tidak mengklaim uang yang kita temukan itu menjadi hak milik kita sepenuhnya. Alangkah lebih baiknya bila dari uang yang kita temukan itu disedekahkan kepada lembaga terpecaya. Rumah Amal Salman menerima pengelolaan harta/ barang temuan yang nantinya lebih akan bermanfaat untuk orang banyak.
Lakukan langkah hukum jika menemukan razia lalu lintas ilegal agar tidak terjebak dengan permainan oknum tidak bertanggung jawab. Karena selama ini banyak ditemui oknum berseragam polisi mengambil keuntungan pribadi.
Kejahatan di jalan raya saat ini semakin marak, mulai dari begal, curanmor, hingga pencurian kendaraan bermotor. Oleh karena itu, pemeriksaan semakin digalakkan untuk mengurangi angka kriminalitas di jalan.
Melapor ke Propam Polri
Anggota kepolisian yang melanggar hukum bisa dilaporkan pada sebuah divisi khusus, Propam (Profesi dan Pengamanan). Divisi Propam mempunyai tugas untuk mengatasi masalah tentang profesionalitas serta keamanan internal.
Divisi ini mempunyai wewenang untuk melakukan supervisi serta pembinaan pada semua staf dan petugas. Masyarakat umum jika menemui pelanggaran oleh oknum polisi, bisa membuat aduan ke Propam sebagai langkah hukum jika menemukan razia lalu linta ilegal.
Laporan serta pengaduan akan diproses setelah melalui langkah hukum jika menemukan razia lalu lintas ilegal berikut ini:
Melaporkan tindakan pelanggaran bukanlah sebuah kejahatan, jangan takut dengan berbagai ancaman dari pihak-pihak tertentu. Langkah hukum jika menemukan razia lalu lintas ilegal ini perlu diterapkan oleh semua masyarakat.
Seluruh informasi hukum yang ada di artikel ini disiapkan semata-mata untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum. Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan konsultan hukum berpengalaman dengan klik tombol konsultasi di bawah.
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Solo, Badrus Zaman SH MH, memberikan solusi bagi korban penipuan online.
Menurut sosok advokat senior ini, melapor merupakan hal penting bagi korban penipuan.
Laporan tersebut hbisa disampaikan ke kantor kepolisian terdekat atau pihak perbankan yang bersangkutan.
Sebab, bila terus menunda untuk melapor, maka semakin sulit kasus penipuan online dapat diungkap.
Lantas, setelah melaporkan penipuan online, apakah uang korban dapat kembali?
Baca: Tata Cara Melaporkan Penipuan Online ke Kantor Polisi, Penting untuk Siapkan Bukti Transfer
Badrus menjelaskan, dirinya memang belum pernah menangani kasus penipuan online yang uangnya kembali.
Namun, ada satu cara yang bisa jadi harapan para korban penipuan terkait kembalinya uang.
Yakni mendaftarkan nomor rekening pelaku penipuan dalam situs resmi milik Kementerian Komunikasi dan Informatika, cekrekening.id.
Menurut Badrus, situs tersebut merupakan cara preventif yang paling mudah bagi para korban.
"Kami belum pernah menangani perkara itu, (cekrekening.id) ini adalah awal informasi agar masyarakat tahu, bagaimana kita bisa kembalikan uang."
Baca: Total Kerugian 50 Korban Penipuan Berkedok Arisan Kurban di Cianjur Mencapai Rp 3,6 Miliar
"Itu yang paling mudah tidak harus lewat polisi dan proses hukum."
"Tapi ini hanya cara preventif yang paling cepat dilakukan supaya kasusnya tidak berkepanjangan," papar Badrus dalam tayangan Kacamata Hukum bersama Tribunnews, Senin (8/3/2020).
Bedanya dengan laporan kepada polisi, situs milik Kominfo ini bisa dilakukan dengan cepat tanpa menyertakan identitas secara formal.
Meski penipuan masuk ke dalam perkara biasa, namun korban diimbau untuk tetap melakukan pengaduan.
Oase.id - Dalam Islam, menemukan uang atau barang di jalan (luqatah) memiliki aturan yang jelas yang harus diikuti. Secara umum, Islam mengajarkan bahwa harta yang ditemukan bukanlah milik si penemu, tetapi tetap milik pemilik aslinya. Maka, ada kewajiban tertentu bagi orang yang menemukan harta tersebut sebelum ia bisa menggunakannya.
Berikut adalah penjelasan lengkap tentang hukum menemukan uang di jalan menurut Islam beserta dalilnya:
Kewajiban Mengumumkan Barang Temuan Jika seseorang menemukan uang atau barang di jalan, ia wajib mengumumkannya dalam waktu tertentu agar pemiliknya bisa mengambil kembali barang tersebut.
Dalam hadits Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dijelaskan:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Kenalilah tali pengikatnya dan tempat menyimpannya, lalu umumkan selama satu tahun. Jika pemiliknya datang (untuk mengambilnya), maka berikanlah. Jika tidak, maka manfaatkanlah, dan barang itu tetap menjadi barang titipan di tanganmu, kapan saja pemiliknya datang, maka serahkan kepadanya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa seseorang yang menemukan barang harus mengumumkan barang tersebut selama satu tahun, dan bila pemiliknya tidak datang, si penemu boleh menggunakan barang tersebut, namun tetap bertanggung jawab untuk menyerahkannya jika pemilik asli datang.
Barang yang Nilainya Kecil Jika barang yang ditemukan bernilai kecil, yang biasanya tidak dicari oleh pemiliknya, maka penemu boleh langsung mengambilnya tanpa harus mengumumkannya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam ditanya mengenai hal ini:
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Ya’ni shibrul misak (tali kecil atau benda yang kecil yang biasa ditemukan), maka jika barang yang ditemukan tidak memiliki nilai yang besar dan biasanya tidak dicari oleh pemiliknya, maka boleh diambil." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Barang Temuan di Tempat yang Dikhawatirkan Hilang Jika seseorang menemukan barang di tempat yang berisiko hilang atau rusak, dan ia merasa pemiliknya sulit mencarinya, maka ia boleh mengambilnya untuk diselamatkan. Namun, penemu tetap harus berniat untuk mengembalikan kepada pemilik jika ia datang.
Penggunaan Barang Temuan Jika Pemilik Tidak Ditemukan
Setelah satu tahun dan barang masih belum ditemukan pemiliknya, si penemu boleh menggunakan barang tersebut. Namun, apabila di kemudian hari pemiliknya datang, barang tersebut harus tetap dikembalikan.
Dalil Lain yang Menegaskan Prinsip Ini Ada juga hadits lain yang menegaskan pentingnya mengembalikan barang temuan kepada pemiliknya jika pemiliknya datang:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Siapa yang menemukan barang temuan, maka hendaknya dia mengumumkannya selama satu tahun. Jika pemiliknya datang, maka berikan kepadanya. Jika tidak, barang itu menjadi miliknya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kesimpulannya, hukum menemukan uang atau barang di jalan dalam Islam mengajarkan untuk:
Mengumumkan barang tersebut selama satu tahun agar pemiliknya dapat mengambilnya.
Jika barang bernilai kecil, penemu boleh langsung mengambilnya.
Jika setelah setahun pemiliknya tidak datang, penemu boleh menggunakan barang tersebut, namun harus mengembalikannya jika suatu saat pemiliknya datang.
Ajaran ini bertujuan untuk menjaga hak-hak pemilik barang dan mendorong sikap jujur dan bertanggung jawab bagi orang yang menemukan harta atau barang di jalan.